Tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk
pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan dan motivasi agar siswa belajar
secara efektif dan efisien (Hamalik, 2003: 73). Pemberian bimbingan berarti
membantu para siswa memecahkan masalah-masalah belajar. Pemberian bantuan
berarti membantu siswa dalam mempelajari program. Pemberian petunjuk berarti
memberikan cara belajar agar siswa lebih belajar secara efektif dan efisien.
Pemberian arahan berarti mengarahkan para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang ditetapkan dan pemberian motivasi berarti memberikan semangat untuk lebih
mengikuti pembelajaran yang diterapkan. Tutoring ini bersikap akademik dengan proses belajar mandiri secara
perorangan atau kelompok.
Peran utama tutor dalam tutorial adalah:
(1) “pemicu” dan
“pemacu” kemandirian belajar mahasiswa, berpikir dan berdiskusi; dan
(2) “pembimbing, fasilitator, dan mediator” mahasiswa dalam
membangun pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan akademik dan profesional
secara mandiri, dan/atau dalam menghadapi atau memecahkan masalah-masalah dalam
belajar mandirinya; memberikan bimbingan dan panduan agar mahasiswa secara
mandiri memahami materi mata kuliah; memberikan umpan balik kepada mahasiswa
secara tatap muka atau melalui alat komunikasi; memberikan dukungan dan
bimbingan, termasuk memotivasi dan membantu mahasiswa mengembangkan
keterampilan belajarnya.
Agar tutorial tidak terjebak dalam situasi perkuliahan
biasa, terbina hubungan bersetara, mampu memainkan peran-peran di atas, dan
tutorial berjalan efektif, tutor perlu menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang
berfungsi untuk:
(1) membangkitkan minat mahasiswa terhadap materi yang
sedang dibahas,
(2) menguji pemahaman mahasiswa terhadap materi pelajaran,
(3) memancing
mahasiswa agar berpartisipasi aktif dalam kegiatan tutorial,
(4) mendiagnosis kelemahan-kelemahan mahasiswa, dan (5)
menuntun mahasiswa untuk dapat menjawab masalah yang sedang dihadapi (Hyman,
dalam Suroso, 1992).
Tutor juga menstimulasi mahasiswa untk terlibat aktif dalam
pembahasan:
(1) masalah yang ditemukan mahasiswa dalam mempelajari
modul;
(2) kompetensi atau konsep esensial matakuliah;
(3) persoalan yang terkait dengan unjuk kerja
(praktik/praktikum) mahasiswa di dalam/di luar kelas tutorial; dan
(4) masalah yang berkaitan dengan profesi keguruan yang
ditemukan ketika mahasiswa menjalankan tugas sehari-hari sebagai guru.
Untuk mendukung pelaksanaan peran dan fungsi-fungsi di atas,
tutor perlu menguasai secara trampil sejumlah keterampilan dasar tutorial,
yakni:
(1) membuka dan menutup tutorial;
(2) bertanya lanjut;
(3) memberi penguatan;
(4) mengadakan variasi;
(5) menjelaskan;
(6) memimpin diskusi kelompok kecil;
(7) mengelola kelas; dan
(8) mengajar kelompok
kecil dan perorangan. Kedelapan jenis keterampilan dasar tutorial ini pada
dasarnya sama dengan keterampilan dasar mengajar, yang diadaptasi dari
perangkat “Sydney Micro Skills” yang dikembangkan oleh Sydney University tahun
1973.
B. Prinsip-prinsip Tutorial
Beberapa prinsip dasar tutorial yang sebaiknya dipahami oleh
tutor agar penyelenggaraan tutorial yang efektif, dan tidak terjebak pada
situasi perkuliahan biasa, adalah:
1. interaksi tutor-tutee sebaiknya berlangsung pada tingkat
metakognitif, yaitu tingkatan berpikir yang menekankan pada pembentukan keterampilan
“learning how to learn” atau “think how to think” (mengapa demikian, bagaimana
hal itu bisa terjadi, dsb).
2. tutor harus membimbing tutee dengan teliti dalam
keseluruhan langkah proses belajar yang dijalani oleh tutee.
3. tutor harus mampu mendorong tutee sampai pada taraf
pengertian (understanding = C2) yang mendalam sehingga mampu menghasilkan
pengetahuan (create = C6) yang tahan lama.
4. tutor seyogianya menghindarkan diri dari pemberian
informasi semata (transfer of knowledge/information), dan menantang tutee untuk
menggali informasi/pengetahuan sendiri dari berbagai sumber belajar dan
pengalaman lapangan.
5. tutor sebaiknya menghindarkan diri dari upaya memberikan
pendapat terhadap kebenaran dan kualitas komentar atau sumbang pikiran (brainstroming)
tutee.
6. tutor harus mampu menumbuhkan diskusi, komentar dan
kritik antartutee, sehingga dapat meningkatkan kemampuan intelektual,
psikomotorik, sikap demokrasi, kerjasama, dan interaksi antartutee.
7. segala kuputusan dalam tutorial sebaiknya diambil melalui
proses dinamika kelompok di mana setiap tutee dalam kelompok memberikan sumbang
pikirannya.
8. tutor sebaiknya menghindari pola interaksi tutor-tutee,
dan mengembangkan pola interaksi tutee-tutee.
9. tutor perlu melakukan pelacakan lebih jauh (probing)
terhadap setiap kebenaran jawaban atau pendapat tutee, untuk lebih meyakinkan
tutee atas kebenaran jawaban atau pendapat yang dikemukakan tutee. (Anda yakin
demikian, mengapa, apa alasannya?).
10. tutor seyogianya mampu membuat variasi stimulasi/rangsangan
untuk belajar, sehingga tutee tidak merasa bosan, jenuh, dan/atau putus asa.
11. tutor selayaknya memantau kualitas kemajuan belajar
tutee dengan mengarahkan kajian sampai pada taraf pengertian yang mendalam
(indepth understanding).
12. tutur perlu menyadari kemungkinan munculnya potensi
masalah interpersonal dalam kelompok, dengan segera melakukan intervensi skala
kecil untuk memelihara efektivitas proses kerja dan dinamika kelompok. tutor
perlu senantiasa bekerjasama (power with) dengan tutee, dan selalu
bertanggungjawab atas proses belajar dalam kelompok. Akan tetapi, sewaktu-waktu
tutor juga harus lepas tangan (power off) bila proses belajar tutee telah
berjalan dengan baik.
C. Model-model Tutorial
Model tutorial adalah suatu analog konseptual tentang
tutorial yang digunakan untuk menyarankan bagaimana sebuah proses tutorial
selayaknya dilakukan. Model tutorial juga dapat diartikan sebagai sebuah
struktur konseptual tentang tutorial yang dapat membantu memberikan bimbingan
atau arahan kepada tutor di dalam mengelola dan mengembangkan aktivitas
tutorial, agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif. Sebuah
model tutorial, dikembangkan atas dasar pertimbangan-pertimbangan filosofis,
psikologis, sosial, kultural tentang hakikat tutee, tutor, materi, dsb.
Pada dasarnya, terdapat ragam model tutorial yang dikenal
dalam kepustakaan tutorial. Beberapa model tutorial yang bisa digunakan oleh
para tutor secara terampil untuk keperluan tutorial di Universitas Terbuka di
antaranya model-model tutorial tersebut sengaja dikembangkan dalam rangka
Program Akreditasi Tutor UT (PAT-UT), yakni: (1) PAT-UT I, (2) PAT-UT II, dan
(3) PAT-UT III. Selain itu para tutor juga dapat menggunakan model-model
tutorial yang aktif-kreatif inovatif yang banyak berkembang dan digunakan dalam
pembelajaran di Indonesia seperti: Cooperative Learning, Jigsaw I dan II,
Konstruktivisme, Pemecahan Masalah/Studi Kasus, Model Kreatif & Produktif,
Latihan Keterampilan, Simulasi & Bermain Peran, atau Model Pembelajaran
Orang Dewasa.
D. Modus Tutorial
Ada empat modus tutorial, yakni: tutorial tatap muka (TTM);
tutorial tertulis (tutis) lewat surat-menyurat/krespondensi; tutorial elektorik
(tutel) lewat televisi, radio, media massa, dan internet; dan tutorial online
(tuton) lewat internet. Bagi mahasiswa PENDAS ada dua modus tutorial yang
disediakan, yaitu (1) Tutorial Tatap muka (TTM), meliputi Tutorial Tatap Muka
Wajib (TTM) dan Tutorial Tatap Muka Atas Dasar Permintaan Mahasiswa
(TTM-ATPEM).dan (2) tutorial online (tuton) lewat internet.
Diskusi kelompok terbimbing dengan model tutur merupakan
kelompok diskusi yang beranggotakan 5-6 siswa pada setiap kelas di bawah
bimbingan guru mata pelajaran dengan menggunakan tutor sebaya. Tutur sebaya
adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata
anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami
materi ajar. Dengan menggunakan model tutor sebaya diharapkan setiap anggota
lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa
yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan
baik.
E Langkah-langkah
Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus
terus dipacu untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas
anggota kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya
terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi ajar yang disajikan.
Ketua kelompok dipilih secara demokratis oleh seluruh siswa. Misalnya, jika di
suatu kelas terdapat 46 siswa, berarti ada 9 kelompok dengan catatan ada satu
kelompok yang terdiri atas 6 siswa. Sebelum diskusi kelompok terbentuk, siswa
perlu mengajukan calon tutor. Seorang tutor hendaknya memiliki kriteria: (1)
memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas; (2) mampu
menjalin kerja sama dengan sesama siswa; (3) memiliki motivasi tinggi untuk
meraih prestasi akademis yang baik; (4) memiliki sikap toleransi dan tenggang
rasa dengan sesama; (5) memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok
diskusinya sebagai yang terbaik; (6) bersikap rendah hati, pemberani, dan
bertanggung jawab; dan (7) suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan.
Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut: (1) memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi ajar
yang sedang dipelajari; (2) mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung
kreatif dan dinamis; (3) menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing
apabila ada materi ajar yang belum dikuasai; (4) menyusun jadwal diskusi
bersama anggota kelompok, baik pada saat tatap muka di kelas maupun di luar
kelas, secara rutin dan insidental untuk memecahkan masalah yang dihadapi; (4)
melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru pembimbing pada setiap
materi yang dipelajari.